Selasa, 27 Juni 2017

LAGI BACA APA?

Hasil penelitian di Perancis bilang sebuah buku/kitab bisa merubah sorot mata, wajah dan bahkan cara bicara. Automatically.

Saat 2 grup responden diteliti. Grup 1 dijauhi dari buku selama beberapa waktu. Grup 2 diasupi secara intens buku demi buku setiap hari. Hasilnya? Dalam jangka waktu tertentu wajah orang-orang pada grup 2 berubah menjadi lebih cerah, yg dalam bahasa Malik, Ilmuwan Perancis itu, menjadi lebih bercahaya.

Jadi inget seorang kawan berkacamata zaman di kampus. Kosannya kecil tapi penuh dengan tumpukan buku. Pernah drop out dr kampus karna pilihan hidup. Lalu lanjut kuliah meski tertinggal, juga karna pilihan. Saya ingat dia satu-satunya orang yg pernah cerita ke saya tentang "Waiting for Godot" nya Samuel Buckett dan "The Legend of Three Kingdom" China Klasik saat yg lain cerita ttg komik-komik.

Parasnya biasa. Tapi sorot matanya memang nyala (Neon kali ah). Dan tiap kali bertemu seakan tatapannya ngomong : "Seberapa cepet lo balap lari ama gua?" Tipikal kawan yg tiap ketemu nularin setrum dan ngajak berlomba dlm kebaikan. Pantes wong bacaannya bertumpuk. Dan tentu waktu itu saya kalah jauh dari dia.

Tapi dari situ saya terlecut. Bahwa lewat hari demi hari, bulan demi bulan, tahun demi tahun masa iya diri kita ga ada kemajuan. Apapun bentuk kemajuan itu.

Selesai? Belum. Dari semua yg terpenting itu, saya mau menyampaikan ini..

Suatu ketika Imam Asy Syafii membawa mushaf. Lalu berjumpa dengan rekan sekaligus murid-muridnya yg membawa buku-buku hadist dan agama. Lalu beliau menasihati.

"Kalian telah disibuki dari membaca ini (mushaf Al quran yg dibawa sang imam) kepada membaca itu (buku-buku agama yg mereka genggam)".

See? Jika membaca buku islam saja tak lebih penting dibanding membaca mushaf. Maka orang yg paling banyak perlu dikoreksi adalah kita. Yg bahkan mushaf dan bukupun amat jarang disentuh.

Maka ada 3 pesan penting yg tak kasat mata dari sang Imam:
Bacalah mushafmu. Jangan tinggalkan bukumu. Dan Bertemanlah dengan orang baik.

Temen yg baik memang seperti penjual minyak wangi kata Nabi. Kalo ga dapat minyak wanginya. Kita pasti kecipratan harumnya. So, If we encounter a man of rare intellect,  we should ask him what books he reads.

Salam,
Dea Tantyo

Tidak ada komentar:

Posting Komentar