Jumat, 30 Juni 2017

Yang Lebih Menggalaukan Dari Jodoh

Pengalaman saya yang sudah nikah ya, walau baru sekali hehe..
(ngarepnya berapa?!), kalau nyari yang mau itu nggak seberapa berat dibanding tantangan setelah menikah

Karena setelah menikah, tanggung jawab wanita itu adanya di suaminya bukan lagi di orangtuanya, bila dia maksiat kamu yang tanggung, bila dia salah itu juga salahmu

Jadi kalau kamu sekarang pusing mikirin jodoh, garusnya kamu pusing kuadrat mikirin gimana setelah nikah, ilmu sudah cukup belum, sama Allah sudah deket belum?

Tapi kebanyakan orang mikirnya, siapa yang mau sama saya, tabungan udah cukup belum, nanti mau ngasi makan apa ke keluarga, padahal itu mudah dibanding yang tadi

Kalau cuma sekedar kasi makan, yang bukan Islam juga bisa, lebih banyak malah, kalau cuma nikah yang nggak beragama juga nikah, lebih banyak malah

Tapi dalam Islam yang berat itu ya pas pernikahan, karena itu ibadah paling lama dalam hidup, shalat paling 10 menit, puasa Ramadhan nggak lebih 30 hari, ya nggak

Kalau nggak punya ilmu dan nggak dekat ke Allah, goyangan dikit aja bisa buat bahtera rumah tangga berantakan, walau awalnya kamu pikir nggak akan marahan

Lha yang punya ilmu kayak Umar bin Khaththab aja pernah ngerasain sulitnya berumah tangga, lha kamu kira kamu siapa lantas merasa gak perlu lagi belajar

Asiknya, kalau kita sudah fokus mendekat pada Allah, Allah nggak hanya bimbing kita dan kasih kita ilmu, tapi Allah mudahkan semua jalan kita, iya semuanya

Kita dimudahkan nyari dan milih yang salihah, dibimbing kalau ada masalah, ditata hidup kita dan dikuatkan kalau lagi ada goyangan-goyangan di bahtera kehidupan

Jadi ngapain penggalauan mikirin jodoh, galau mikirin ilmu aja lebih mutu, mikir hubungan kita dengan Allah, masak dari dulu gitu-gitu aja, nggak ada rasa naik-naiknya

Apalagi kalau kamu tau masih kuliah, apalagi masih sekolah, hadeh, ya jangan dulu lah, tau diri aja dulu, siapin ilmu, benerin diri, deketin Allah, ben sirahmu adem!

NB: Yang difoto itu, yang menenangkanku kalau lagi galau, dan juga menggalaukan kalau lagi tenang. Ya itulah namanya rumah tangga, jangan kira adem terus kayak difoto, itu kan cuma pencitraan 😂😂😂

Oleh Ust. Felix

Selasa, 27 Juni 2017

LAGI BACA APA?

Hasil penelitian di Perancis bilang sebuah buku/kitab bisa merubah sorot mata, wajah dan bahkan cara bicara. Automatically.

Saat 2 grup responden diteliti. Grup 1 dijauhi dari buku selama beberapa waktu. Grup 2 diasupi secara intens buku demi buku setiap hari. Hasilnya? Dalam jangka waktu tertentu wajah orang-orang pada grup 2 berubah menjadi lebih cerah, yg dalam bahasa Malik, Ilmuwan Perancis itu, menjadi lebih bercahaya.

Jadi inget seorang kawan berkacamata zaman di kampus. Kosannya kecil tapi penuh dengan tumpukan buku. Pernah drop out dr kampus karna pilihan hidup. Lalu lanjut kuliah meski tertinggal, juga karna pilihan. Saya ingat dia satu-satunya orang yg pernah cerita ke saya tentang "Waiting for Godot" nya Samuel Buckett dan "The Legend of Three Kingdom" China Klasik saat yg lain cerita ttg komik-komik.

Parasnya biasa. Tapi sorot matanya memang nyala (Neon kali ah). Dan tiap kali bertemu seakan tatapannya ngomong : "Seberapa cepet lo balap lari ama gua?" Tipikal kawan yg tiap ketemu nularin setrum dan ngajak berlomba dlm kebaikan. Pantes wong bacaannya bertumpuk. Dan tentu waktu itu saya kalah jauh dari dia.

Tapi dari situ saya terlecut. Bahwa lewat hari demi hari, bulan demi bulan, tahun demi tahun masa iya diri kita ga ada kemajuan. Apapun bentuk kemajuan itu.

Selesai? Belum. Dari semua yg terpenting itu, saya mau menyampaikan ini..

Suatu ketika Imam Asy Syafii membawa mushaf. Lalu berjumpa dengan rekan sekaligus murid-muridnya yg membawa buku-buku hadist dan agama. Lalu beliau menasihati.

"Kalian telah disibuki dari membaca ini (mushaf Al quran yg dibawa sang imam) kepada membaca itu (buku-buku agama yg mereka genggam)".

See? Jika membaca buku islam saja tak lebih penting dibanding membaca mushaf. Maka orang yg paling banyak perlu dikoreksi adalah kita. Yg bahkan mushaf dan bukupun amat jarang disentuh.

Maka ada 3 pesan penting yg tak kasat mata dari sang Imam:
Bacalah mushafmu. Jangan tinggalkan bukumu. Dan Bertemanlah dengan orang baik.

Temen yg baik memang seperti penjual minyak wangi kata Nabi. Kalo ga dapat minyak wanginya. Kita pasti kecipratan harumnya. So, If we encounter a man of rare intellect,  we should ask him what books he reads.

Salam,
Dea Tantyo

Senin, 26 Juni 2017

Wajah Muram Dunia Riset Indonesia

https://tirto.id/wajah-muram-dunia-riset-indonesia-CAi?utm_source=Facebook&utm_campaign=Midnight&utm_medium=Social

Minggu, 25 Juni 2017

LETNAN JENDERAL PRABOWO


by Zeng Wei Jian

Salah satu korban konspirasi-fitnah akbar di negeri ini adalah Letnan Jenderal Prabowo Subianto (08). Saatnya, kebenaran disuarakan. Stigmatisasi hitam adalah jahat.

Letnan Jenderal Prabowo Subianto adalah putera Prof Sumitro dan Dora Sigar. Keluarga pejuang. Kakeknya, Margono Djojohadikusumo (PNI) adalah pendiri Bank Negara Indonesia dan anggota BPUPKI. Thus, Prabowo adalah cucu salah seorang pendiri republik (founding fathers).

Panglima Kostrad (22) dan Danjen Kopassus (15) ini punya paman bernama Subianto dan Suyono Djojohadikusumo. Keduanya gugur dalam Peristiwa Daan Mogot (Pertempuran Lengkong), tanggal 25 Januari 1946. Mereka dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Tangerang. Subianto Djojohadikusumo masuk golongan pemuda bersama Sukarni, Iwa Kusumasumantri, Chaerul Saleh, Wikana dan sebagainya. Mereka mendesak Sukarno Hatta memproklamasikan kemerdekaan.

Prof Sumitro menamakan adik lelaki Bintianingsih dan Mayrani Ekowati dengan nama "Subianto". Jadilah dia "Prabowo Subianto".

Jauh sebelum namanya dihitamkan terlibat Mei 98, Prabowo pernah sekolah di London tahun 1966-1968. Dia lulus The American School.

Studinya dilanjutkan di Akademi Militer Magelang dan lulus tahun 1974. Seangkatan dengan Jenderal Ryamizard Ryacudu dan Soesilo Bambang Yudhoyono. 

Tahun 1976, di usia 26 tahun, Letnan Satu Prabowo Subianto jadi komandan Grup 1 Komando Pasukan Sandhi Yudha (Kopassandha). Dia komandan termuda di Unit Komando Nanggala. Misinya, tangkap PM Fretilin Nicolau dos Reis Lobato. Dalam baku-tembak, pasukan Prabowo menembak perut Nicolau.

Sebelum sukses dalam Operasi Mapenduma membebaskan 11 orang researchers yang disandera OPM, Prabowo ikut pendidikan Advanced Infantry Officers di Fort Benning (1985).

Ada dua contoh alasan mengapa black campaign dan character assasination terhadap Prabowo Subianto jadi tidak relevan.

Pertama, dahulu Prabowo Subianto berperang melawan Panglima GAM, Muzakkir Manaf. Dalam Operasi Jaring Merah (awal 1990-an sampai 22 Agustus 1998).

Anehnya, tahun 2013 Muzakkir Manaf jadi Ketua Dewan Penasihat DPD Partai Gerindra Aceh. Gerindra adalah partai politik yang dibentuk Prabowo Subianto pada tanggal 6 Februari 2008.

Selain Muzakkir Manaf, sejumlah petinggi GAM juga masuk Partai Gerindra. Misalnya, Wakil Panglima GAM Kamarudin Abu Bakar (Abu Razak), Darwis Jeunib, Sarjani Abdullah, Ayub bin Abbas, Zulkarnaini Hamzah.

Abu Razak adalah generasi ketiga keluarga besar Brigjen Syamaun Gaharu (Pangdam Iskandar Muda 1956-1960).

Di tahun 1988, Abu Razak ikut latihan militer di camp Tajura Tripoli Libya. Pernah jadi pengawal Moamar Khadafi. Setelah kembali ke Aceh, di tahun 1998, dia jadi Panglima Pidie.

Saat Muzakkir Manaf menggantikan Abdullah Syafi'i sebagai Panglima GAM, Abu Razak menjadi Wakil Panglimanya.

Tidak ada jenderal lain selain Prabowo Subianto yang bisa menciptakan fenomena macam begini.

Alasan kedua, selain akrab dengan eks musuh GAM, Prabowo Subianto disebut-sebut sebagai penculik aktifis pro demokrasi. Anehnya, semua aktifis yang pernah ditangkap pasukan Prabowo dilepas dan hidup. Dua di antaranya malah jadi Pengurus DPP Partai Gerindra dan Anggota DPR-RI yaitu Desmon Junaidi Mahesa dan Pius Lustrilanang (Sekjen Aldera).

Seputar Peristiwa Mei 98, saya sependapat dengan mantan prajurit Kopassus, Kolonel Ruby. Prabowo Subianto tidak terlibat.

Kesimpulan dan rekomendasi TGPF beranggota 18 orang (Marzuki Darusman, Asmara Nababan, Said Aqil Siradj dan sebagainya) menggambarkan "seolah-olah pertemuan Makostrad adalah pertemuan rahasia merancang kerusuhan (Mei 98)". Pangkostrad saat itu adalah Letnan Jenderal Prabowo Subianto.

Saya sepakat dengan Fadli Zon yang mengatakan bahwa "laporan (TGPF) tersebut tidak berdasar pada fakta dan punya pretensi mencemarkan nama baik" (Prabowo Subianto).

Alasan saya sederhana saja. Pertemuan di markas pasukan dasar tempur milik TNI-AD itu berlangsung tanggal 14 Mei pukul 9 malam. Dihadiri antara lain Adnan Buyung Nasution, WS Rendra, Bambang Widjojanto, Setiawan Djodi, Ruhut Sitompul, Fahmi Idris dan sebagainya. Sedangkan kerusuhan sudah pecah tanggal 13 Mei 1998. Bagaimana mungkin merancang sebuah kerusuhan dilakukan sehari setelah kerusuhan itu sendiri sudah meletus?!

THE END

Jumat, 23 Juni 2017

Pendidikan kita untuk apa?


Wacana pelajaran Agama di sekolah menjadi topik hangat akhir-akhir ini, entah digeser semesternya atau bahkan dihilangkan dari kurikulum sekaligus. Pelajaran Agama dianggap tidak terlalu penting untuk dijadikan mata pelajaran di sekolah dasar menengah, bahkan dianggap sebagai media untuk mempengaruhi mahasiswa menjadi radikal di perguruan tinggi. Lengkaplah sudah kemasygulan yang pernah menyeruak sebelumnya, akibat adanya rencana kebijakan para petinggi kita untuk menghapuskan kolom agama dalam KTP dan bahkan memisahkan agama dari kehidupan politik.

Plato pernah suatu kali berujar bahwa pendidikan adalah untuk membuat orang lebih baik. Sewajarnyalah kalau kita berharap bahwa ketika kita menyekolahkan anak-anak kita, mereka kelak akan menjadi orang baik. Baik dalam arti kata seutuhnya, baik otaknya dan baik juga batinnya serta tentu baik perilakunya.

Pendidikan sejatinya tidak sekedar mengasah otak anak-anak kita menjadi cerdas belaka, tetapi juga mampu mengasah jiwa atau ruhnya menjadi lebih berakhlak. Alangkah eloknya kalau kita melihat anak kita ketika mereka lulus sekolah, mereka cerdas dan juga berakhlak mulia. Santun dalam bersikap maupun bertutur kata walaupun tetap dengan pemikirannya yang kritis dan sangat sigap dalam menyikapi suatu persoalan, baik persoalan yang berkaitan dengan bidang keilmuan atau ipteknya, maupun yang berkaitan dengan masalah-masalah kehidupan di sekitarnya.

Rasul pernah mengatakan bahwa orang yang pintar adalah mereka yang berdimensi akhirat. Artinya orang yang selalu berperilaku dengan mempertimbangkan konsekuensi pada dirinya bagi kehidupan akhiratnya kelak. Dia percaya bahwa ketidakjujuran atau ketidakadilan akan dimintai pertanggungjawaban kelak di hari akhir. Setiap langkahnya akan selalu dilakukan dengan mempertimbangkan masa depannya di keabadian, sehingga dia akan selalu berusaha menghindar untuk melakukan hal-hal yang tercela; tidak adil, menyakiti orang lain, mencederai, korupsi atau sebut apa saja perilaku yang tidak pas dari sudut pandang ahlak.

Lalu apa yang mampu mengasah dan mendidik akhlak anak-anak didik kita kalau setiap hari mereka hanya dijejali oleh angka dan rumus serta logika-logika duniawi yang sebenarnya sangat relatif sifatnya, karena akan sangat berbeda bagi setiap orang tergantung dari latar belakang, budaya dan interesnya. Penyikapan terhadap suatu peristiwa akan selalu menjadi perdebatan panjang karena setiap orang akan berupaya melakukan pembenaran terhadap kebenaran yang mereka yakini. Dampaknya bisa diduga, yang kuat yang akan menjadi 'kebenaran' itu sendiri, sementara yang lemah akan menjadi bagian dari mereka yang terdzalimi. Ini karena, semua nilai kebenaran diciptakan oleh manusia sendiri yang sebetulnya sangat lemah.

Masih di Bulan Juni ini, ketika bangsa kita dengan lantang menyerukan "saya Pancasila dan saya Indonesia", kira-kira sadarkah kita dengan ucapan itu ya? Jika kita berkata bahwa Pancasila itu adalah ideologi bangsa kita, dan salah satu sila pertamanya adalah Ketuhanan yang Maha Esa, maka mengapa kemudian kita berkata bahwa agama harus dikeluarkan dari kurikulum sekolah atau agama harus dipisahkan dari politik?

Masih ingatkah kita ketika negara Indonesia ini didirikan, para Bapak Pendahulu kita dengan tawadlu menuliskan kalimat "Atas berkat rakhmat Allah Yang Maha Kuasa...dst" dalam Pembukaan UUD 1945? Bahkan salah seorang sejawat saya dengan gusar mengatakan pada saya "Bukankah ketika dirimu dilantik jadi Rektor, kamu mengatakan Demi Allah saya bersumpah...?"

Ini semua, tidak bisa disanggah, berdimensi ketuhanan atau berorientasi keakhiratan sebagai bentuk konsekuensi Sila Pertama dalam ideologi Pancasila negara kita. Karena itu, sebaliknya jika kita mengingkarinya, berarti secara tidak sadar kita telah mengkhianati Pancasila itu sendiri.

Makna lebih jauhnya adalah berarti semua sendi kehidupan di negara kita tidak boleh lepas dari aspek ketuhanan, dan pendidikan ketuhanan adalah melalui agama. Agama, wajib menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam proses pendidikan kita, sebab disitulah ruh atau jiwa anak-anak didik kita diasah agar mereka menjadi insan yang berakhlak. Jadi tidak sekedar cerdas tapi juga pintar. Pendidikan agama adalah kuncinya, sebab dimensi ketuhanan adalah aspek ruhiyah yang hanya dapat dibenarkan jika disampaikan berdasarkan pada masing-masing ajaran agama yang dianutnya.

Kalaupun sekarang banyak kekurangan dalam pelajaran agama, ini bukan berarti pelajarannya yang harus dihilangkan. Tetapi metoda penyampaiannyalah yang harus dirubah agar lebih mengena. Memang jika diamati pelajaran agama sekarang lebih mengarah pada mengajari anak tentang pengetahuan agama, dan ini artinya sekedar menghapal ajaran agama, bukan pada bagaimana mendidik akhlak anak-anak agar sesuai dengan ajaran agamanya.

Tapi perlu diingat, transformasi merubah perilaku memang butuh waktu lama. Saya ingat di Australia guru-guru disana lebih khawatir anak-anak mereka tidak bisa menerapkan sopan-santun daripada tidak bisa berhitung dalam matematika. Karena memperbaiki anak salah berhitung hanya memerlukan beberapa jam atau hari saja, sedangkan memperbaiki ahlak seseorang diperlukan waktu tahunan untuk merubahnya!

Para pendidik kita perlu duduk bersama untuk membuat proses pendidikan agama di sekolah benar-benar mampu mengasah ahklak anak didik kita agar mereka menjadi insan yang pintar, yaitu tidak sekedar cerdas tapi juga berakhlak mulia.***
(JH-ITS Surabaya)

Selasa, 20 Juni 2017

Indonesia Milik Konglomerat

Oleh  :  Iwan Piliang

Dulu di akhir 80-an sebagai jurnalis, saya sempat bertemu dengan Dirut bank-bank pemerintah. Bahkan saat itu beberapa kali memandu diskusi terbatas perbankan, era belum ada istilah pengamat, diksi pakar belum mewabah. Era di mana Omar Abdalla, BBD, Kukuh Basuki, BNI, Widarsa  Dipradja, BDN,  Kamardi Arif, BRI, begitu dicari, dilobby.

Berkawan dengan mereka, sekadar sumber. Berteman bukan untuk meminta. Tetapi agar dimudahkan mengutip keterangan untuk ditulis.

Berbeda dengan pengusaha. Dekat dengan direksi bank, jaminan bagi perolehan kredit tambun. Saya paham bagaimana Eka Tjipta Wijaya, mendapatkan kredit besar dari BRI. Publik pun kemudian tahu setelah tak menjabat Dirut BRI, Kamardi menjadi komisaris di perusahaan grup Sinar Mas, sekadar salah satu contoh. Lakon demikian hampir dijalani semua konglomerat papan atas Indonesia.

Bahkan modal awal pendirian bank swasta mereka dominan juga dari uang pinjaman bank pemerintah. Ingat kebijakan Pakto, tahun 1988. Swasta diberi kemudahan bagi pendirian bank. Perjalanan ini kemudian terjadilah praktek pelanggaran Capital Eduquacy Ratio, Legal Lending Limit. Proses pelanggaran dan ranah abu-abu dalam bisnis itu terus berlanjut hingga era KLBI, BLBI, bahkan era BPPN, jaman panen membeli aset BPPN dengan  pola cesie, 20% dari nilai riil, melalui anak usaha di negara bebas pajak, perusahaan Blossom Limited, dari British Virgin Island, sekadar menulis nama. Padahal pemiliknya mereka telah dikonglomeratkan bank pemerintah, negara, Indonesia.

Di hadapan para peserta Sesko TNI di Bandung, 17 November 2015 perih-hal ini - - sengaja saya tambah h-nya - - konglomerasi  di Indonesia itu sudah pernah saya paparkan. Produk TVRI jadi TV publik, kemasan Undang-Undang. Simak saja mana ada TV negara yang nasibnya seterperkosa TVRI, lihat saja pesta pendapatan TV Swasta. Setelah dapat Bisnis TV, dari pendapatan iklan  mereka merambah partai politik.

Beruntung dunia perbankan pemerintah, nasibnya tak sejelek TVRI. Akan tetapi bank swasta milik   konglo telah membangun kepercayaan terutama di lingkup pengusaha keturunan untuk diutamakan dipilih. Dalam sikon demikian para konglomerat tambun merambah memiliki lalu mencengkeram partai politik.

Tommy Winata saja punya hak veto di Nasdem. Surya Paloh pernah akui ia hanya pendana ke empat. Setelah TW, ada Jan Darmadi, bisa dilihat kemudian diangkat jadi anggota penasehat presiden, lalu ada pendana Franky, kini bendahara. Sjamsul Nursalim yang mukim di Singapura, diduga pemgemplang BLBI melalui bank BDNI-nya, punya tangan ke pendirian partai baru. Sebutlah konglomerat lain, kalau pun mereka tidak terang-terangan punya partai, publik paham bagaimana tangan mereka ke penguasa.

Bukan rahasia tangan grup Sinarmas, Lippo, berandil memenangkan Jokowi-Ahok. Melalui indikasi dukungan uang untuk kampanye. Semua itu harus dibayar dengan kebijakan.

Kebijakan kereta cepat Jakarta- Bandung, sudah lama saya katakan untuk kepentingan pengembang. Baru saja dua hari lalu James Riady, mendeklarasikan kota baru Meikarta, terkoneksi dengan jalur kereta cepat.

Ketika Pilkada DKI Jakarta, ada janji membatalkan reklamasi pantai utara Jakarta, saya pesimis. Indonesia milik konglomerat kini. Lihatlah bagaimana tercampaknya dengan mudah Rizal Ramli dari kabinet, tengoklah kekehnya pembelaan pusat kekuasaan kepada Basuki Tjahanja Purnama.

Semua bisnis sah saja adanya. Tidak ada seorang pun di Indonesia melarang orang sangat kaya.

Saya sebagai warga misalnya hanya mengkritisi soal penggelapan pajak tambun setiap tahun melalui pola transfer pricing. Setahun 2005 saja terindikasi sudah Rp 1.300 triliun. Tahun 2015 sudah di atas Rp 2.200 triliun setahun. Jika Pengadilan Pajak benar, kerja bisa membuktikan 30% maka Indonesia tak perlu berhutang APBN-nya.

Majalah Tempo pernah ungkap soal penggelapan pajak, transfer pricing PT ASIAN agri, terbukti di Pengadilan. Kasus diakhiri, menguap. Bandingkan dengan Australia, pada 2005 bisa me nuntut laku transfer pricing Toyota US$1 miliar. Sementara untuk tahun sama perusahaan  terindikasi  kasus transfer pricing di Pengadilan Pajak, Toyota Motor Manufactur Indonesia, belum jelas kesudahannya. Sekadar satu contoh.

Indikasi penggelapan pajak tambun Pola transfer pricing  tiap tahun itu dari sektor tambang, ekspor CPO sangat dominan. Polanya simpel, harga jual riil di pasar bukan jadi laporan pajak. Tetapi laporan pajak dari pembukuan pembeli dari tax heaven country. Misalnya harga riil jual 50 dollar per ton, laporan pajak 25 dollar per ton.  Metha Dharmaputra, wartawan Tempo saat liput kasus Asian Agri, di rapat perencanaan tahunan tercantum dokumen transfer pricing bagian dari rencana pendapatan.

Grup Sinarmas besar di tambang batu bara dan ekspor CPO  otomatis laku sejenis sudah lama saya duga terjadi di grup mereka. Akan tetapi setelah rejim berganti bukan penggelapan pajak tambun diberesi justeru berganti ke tax amnesty.

Maka secara miris saya katakan tax amnesty sebagai saya rakyat dihisap darah hingga dikikir tulang, ditimpuk kepala pakai batu, di saat bocor ditetesi cuka. Itu rasa tax amnesty bagi saya. Ketika ada berita Grup Sinarmas, diduga pembeli utama karangan bunga yang beredar di Jakarta, saya bertanya ini episode apalagi yang hendak dimainkan konglomerat di negeri ini?

Bukan rahasia tangan konglomerat ke mana-mana. Beralihnya empati warga ke Ridwan Kamil , Bandung, bukan mustahil akibat jerat konglomerat. Pembangunan di Bandung,  banyak juga didukung CSR pemgembang  dari grup Lippo, misalnya. Dan kini Nasdem mendukung RK.

Berpilin berkelindannya konglomerat ke media, ke partai politik, hari kini memberi framing radikal umat, menurut saya nyata.

Mengapa misalnya sikap Polri seakan berlawanan dengan warga? Karena pimpinan mereka di atas, mengutamakan kepentingan konglomerat, beberapa pemilik, terindikasi tak nyaman, politik terjerembab pasrah ke sikon oligarki fulus mulus membaja.

Mencegah kebuntuan demikian sejatinya sudah kami lakukan ketika mendukung  Jokowi 2012, 2014. Eh ternyata kebekuan itu kian mengeras, lebih membaja, sehingga ranah keadilan dirasakan pahit oleh umat Muslim khususnya, karena cap, label radikal, bahkan teroris. Padahal satu saja tuntutan umat kini tegakkan keadilan.

Jika laku "maling" dengan transfer pricing dominan warga diem karena kecerdasan hati mereka tinggi. Mungkin anggapan warga biarlah kalau negara diam, masih ada alam akhirat, tetapi Al Quran dihina, memang himbauan akidah wajib membelanya.

Karenanya konglomerat kini sudah tambun di besarkan negara tidak sepatu t nya, juga tidak sepantasnya ngelunjak berlebih-lebih. Sebagai contoh kecil Jika Indikasi pembeli  karangan bunga ke kantor Kapolri dan Kapolda adalah Sinarmas, maksudnya apalagi? Radikal riil kah umat Islam?

(Sedikit tambahan bukan dari penulis asli 👇👇👇)

Atau justru para koruptor yang sudah sangat kaya raya tersebut dan takut diusut asa muasal harta serta assetnya yang *radikal fundamentalis garis keras* menyingkirkan siapapun yg berpotensi mengganggu kenyamanan hidup mereka dan cengkraman mereka terhadap negara dan aparatusnya..???
💢💢💢💢

Si Zuhri Mawapres dari Teknik infrastruktur sipil mas

Assalamulaikum W W
Selamat malam semua para peserta diskusi dari grup metmorfosa, perkenalkan nama saya M. Syaifuddin Zuhri biasa dipanggil Ifud / Zuhri. Saya berasal dari ITS jurusan teknik infrastruktur sipil.
Semoga diskusi kali ini menghasilkan suatu kebermanfaatan bagi sesama

Terima kasih desi atas pertanyaanya. Honeyss adalah suatu sistem struktur baru berbentuk srang lebah yang mana saya mengambil filosofinya dari Q.S An-Nahl ayat 68. Dari situ dijelaskan dengan bentuk sarang lebah dapat dimaksimalkan penggunaanya bahkan sarang lebah dapat menampung beban yg melebihi 25 kali ganda dri beratnya. Sementara untuk kekuatan, setelah saya bandingkan dengan sistem struktur rangka yg sudah ada, ternyata sistem struktur honeyss lebih kuat, ringan, dan kaku. Lebih kaku 78,3 % dari struktur rangka biasa. Struktur Honeyss menggunakan material baja untuk frame diagonalnya, dikarenakan baja lebih memiliki keynggulan dr segi kekuatan, daktilitas, dan kekakuannya. Untuk ambang batas bangunan terhadap gempa da rumus perhitungannya sendiri, dan setelah saya hitung, masih jauh dibawah ijin sesuai SNI. Oiya untuk deformasi / kinerja layan bangunan itu setiap lantai berbeda untuk deformasi ijinnya.
Nah untuk prospek kedepannya diharapkan dengan struktur konstruksi Honeyss dapat diterapkan di Indonesia khususnya rumah susun untuk meminimalisir penggunaan lahan yang kian terbatas, juga mengacu pada program kemnterian PUPR yaitu program satu juta rumah, mungkin ini masih sebuah konsep awal, dan kedepannya insya Allah bisa menjadi solusi bagi dunia konstruksi di Indonesia

Terima kasih mbak citra, bagi saya pribadi mawapres bukan sebagai predikat atau kebangaan, karena menurutku mawapres adalah sebuah amanah besar yg diberikan kpd saya yg mana nantinya diharapkan bisa membantu menyelesaikan permasalahn yg dialami di negeri ini Indonesia. Kita tahu bahwa pradigma lama mengatakan Indonesia dalah serpihan dari surga, namun kenyataanya sampai saat ini serpihan itu masih blm tertata, dan itu tugas kita sebagai mahasiswa. Sebenarnya bukan hanya lewat mawapres untuk bisa membantu menyelesaikan permasalahan di negeri ini. Banyak jalan.
Dan mawapres hanya satu dari sekian program yg difasilatasi pemerintah untuk menyampaikan gagasan ide kepada negeri ini. Mimpi saya kedepanya sebagai mawapres perwakilan ITS saya ingin bersama" dengan mawapres dr perguruan tinggi lain untuk menyatukan mengumpulkan ide dan gagasan kita dan berjuang untuk membantu menyelasaikan permasalahan di Indonesia, lewat background kami masing".

terima kasih amalia, jujur sebenarnya saya pertama kali mengikuti lomba pada waktu SMA, dan dari 5 lomba yng saya ikuti dulu hanya 1 lomba saja saya bisa mendapat juara. lantas menginjak kuliah, saya tidak pernah terfikirkan untuk menjadi mahasiswa berprestasi. Saya hanya ingin mencari ilmu. Awal mengikuti lomba dulu waktu semester 2 saat itu saya masuk final dan tidak mendapat juara, dari situ saya banyak bellajar dari pemenang lomba, bagaimana cara membuat karya tulis yang baik dan bagaimana cara presentasi yang baik. Nah alhamdulillah lomba selanjutnya saya bisa mendapat juara. Intinya, setiap kali mengikuti lomba, harus diniati ibadah mencari ridha-Nya. Motivasi saya adalah ingin membuat alm ibu tersenyum disana, ya meskipun kegiatan duniawi seperti itu yang hanya bisa saya lakukan selain mendoakannya. Untuk life plan, saya hanya merancang target" yg itupun mungkin terlalu biasa dan normal bagi mahasiswa". Saya bukan tipe orrang" yg mempunyai kemauan yg tinggi, saya hanya melakukan yg terbaik di setiap yg saya lakukan dan tentunya disertai dengan doa kepada ALLah SWT. Dan ketika kita tidak mendapat apa yang kita harapkan (misal tidak mendapat juara dalam lomba), maka mungkin usaha , doa, dan amalan kita masih kurang.dibanding dengan yng menjadi pemenang

saya dulu baru bisa membuat karya tulis itu sekitar kelas 8-9, nah, dr situ ternyata karya tulis itu menarik, dan alhamdulillah saya menyukainya

maaf bukan kelas 8-9 tapi kelas 11-12 SMA

Kalau aku dulu jalur tes tersendiri yang diadakan Diploma di ITS. Nah, Dulu sering gagal khususnya di SNMPTN, SBMPTN, dan tes lainnya. Dulu sempat ingin masuk di FTSL ITB dan S1 Teknik Sipil ITS, namun Allah blm mengijinkan. Dan alhamdulillah, saya bisa diterima di Jurusan D$ Teknik Infrastruktur Sipil, pernah terfikir, saya masuk di jurusan ini dengan susah payah, maka akan kuberikan yang terbaik bagi jurusan ini

terima kasih mas septian, menurutku setiap mahasiswa harus punya life plan, buatlah life plan mulai saat ini untuk merancang kedepan, karena sesuatu akan lebih baik dan bagus jika  direncanakan terlebih dahulu. pilihlah life plan yang mungkin bagi sebagian orang tidak mungkin, tapi mungkin bagi diri anda. Karena sejatinya tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini jika Allah SWT menghendaki. untuk life plan saya, jujur plan saya mungkin dianggap sebagian orang itu plan yg biasa. Namun dari plan yg biasa tersebut, saya termotivasi untuk melipatgandakan plan tersebut. Plan saya dulu untuk menjadi mahasiswa salah satunya saya ingin mengikuti PIMNAS, Kompetisi Bangunan Gedung Indonesia, dan beberapa lomba lain. Dan alhamdulillah semuanya terwujud berkat usaha yang keras dan disertai doa.Untuk kiat" mawapres, sebenarnya dulu tidak pernah terfikirkan untuk menjadi mawapres, tapi saya fokus untuk mengikuti beberapa lomba dan pengabdian.Mungkin dari situlah Allah SWT memberikan sedikit hadiah untuk saya, dan diberi amanah sebagai mawapres ITS. Tetap semangat untuk septian, perjalanan masih panjang, ketika anda blm lolos di fakultas, mungkin Allah SWT menyiapkan sesuatu yang tentunya lebih baik dibanding ini. Amiin

terima kasih Naufal atas pertanyaanya. saya jawab singkat saja ya. 1. Insya Allah 118.      2. ingin mencari beasiswa untuk melanjutkan S2 dan setelah itu mungkin saya ingin bekerja. Mimpi saya ingin bekerja di dinas pekerjaan umum dan mendirikan sebuah konsultan perencana.     3. Insya Allah setelah sukses

Alhamdulillah, terima kasih teman-teman saya diberikan kesempatan untuk berdiskusi dengan orang-orang hebat. Semoga ukhuwah silaturrahim kita tetap berjalan, mohon maaf jika ada salah kata atau kekurangan saya. izin mengundurkan diri. "Kita sebagai manusia hanya bisa merancang dengan cita-citanya, Namun Allah SWT merancang semua dengan cinta-Nya"      Ifud / Zuhri

Sabtu, 17 Juni 2017

HATI - HATI

Seorang guru, mengatakan.
"Seorang beriman itu, diibaratkan seorang yang sedang berjalan diantara hamparan duri. Jadi dia sangat hati - hati melaluinya".
.
.
Bagaimana aplikasi dikeseharian?
.
Seorang muslim yang hati-hati, saat melepas sandal didepan pintu. Mendahulukan kaki kiri dan menempatkannya dengan rapi. Dan mematuhi "batas suci"
Karena dia tak ingin orang lain terjatuh dan terkena najis yang ada ditelapak alas kaki.
.
Seorang muslim makan dengan hati - hati. Mengambil yang paling dekat dihidangkan. Makan dengan duduk, menggunakan dengan tangan kanan, mengunyah perlahan, berdoa dan tak berlebihan. Tak menyisakan makan dan sia sia. Karena dia takut hal kemubadziran.
.
Seorang muslim yang menghemat listrik dengan mematikan lampu - lampu yang tak terpakai dan kelistrikan lain. Sebagai bentuk kehati - hatian dalam menggunakan fasilitaa. Dan dia meyakini, mematikan saklar itu bagian dari ibadah
.
Seorang muslim, yang memilah sampah. Karena sampah yang bercampur basah dan kering. Menjadikan sampah tak bernilai guna. Dengan memilah, sesungguhnya dia sedang membantu pemulung dan menjaga kelestarian lingkungan dan menghindari bencana (banjir, diare).
.
Seorang yang memberi pakan binatang peliharaan dan menyiram tanaman dimusim yang tidak hujan. Karena itu bentuk belas kasihan pada sesama makhluk. Sebagai bentuk dari Rahman dah Rahimnya Alloh.
.
Seorang yang berhati- hati memilih dan membaca referensi bacaan maupun share link dan juga berhati - hati dalam kolom komentar. Karena dia menyakini setiap ucap dan sikap dalan pengawasan malaikatNya.
.
Seorang yang menaruh barang dengan rapi.
Pisau agar tak terluka, gelas diketengahkan dimeja agar tak pecah, barang dirapikan terutama dijalur keluar masuk pintu rumah. Karena barang yang berserakan, bisa menjadikan celaka orang lain. Itu bagian dari kehati- hatian.

Kata kuncinya adalah :
(1) Kehati - hatian dan
(2) Terpaut pikiran dan hatinya dengan Alloh.
.
# Semoga didapati hikmah dan nasehat.

Oleh Zaeni Jogya

Jumat, 16 Juni 2017

Kemerdekaan

Ada yang menarik ketika kita membaca kembali Alinea 3 Pembukaan UUD 1945. Apalagi dalam suasana 17-an seperti hari ini. Para pendiri bangsa kita memiliki kesimpulan yang unik tentang kemerdekaan kita. Sangat filosofis. Jika founding fathers ditanya, mengapa Indonesia merdeka? Jawabnya ada dua.Pertama, Atas berkat rahmat Allah Yg Maha Kuasa; dan kedua, Keinginan luhur untuk berkehidupan kebangsaan yang bebas. Karena itu, pertanyaan tentang kemerdekaan hari ini bukanlah "merdeka dari apa", melainkan "merdeka untuk apa" dan "merdeka untuk siapa"?

Kita sudah merdeka dari penjajahan, saatnya kita merdeka untuk mewujudkan bangsa yang adil, makmur dan sejahtera. Saatnya kita merdeka untuk memperjuangkan kepentingan nasional kita di panggung dunia. Indonesia harus jadi subyek dalam percaturan politik global.

Kemerdekaan kita didorong oleh keinginan luhur. Karenanya, harus menghasilkan sesuatu yang luhur pula. Sesuatu yg luhur, apakah itu keadilan, kesejahteraan atau kebebasan, harus diwujudkan dengan cara yang baik. Indonesia tidak mengenal "tujuan menghalalkan cara". Kita percaya "tujuan yang baik ditempuh dengan cara yang baik pula."

Founding fathers menyadari bahwa puncak kemerdekaan adalah kemanusiaan. Manusia merdeka dapat bertindak untuk dirinya dan orang lain. Manusia merdeka tidak takut kehilangan, malah selalu ingin memberi yang terbaik. Marilah kita menjadi manusia merdeka, mulai dengan memerdekakan hati dan pikiran kita. Proklamasi kemerdekaan 17 08 1945 telah melahirkan manusia baru, manusia Indonesia merdeka. Kini saatnya kita gagas bersama, manusia baru seperti apa yang dibutuhkan Indonesia pada abad ini dan seterusnya.

Secara alamiah bisa jadi dekade depan, kita sudah tidak menjumpai lagi mereka yang ikut berjuang ditahun 1945. Manusia pejuang 45 akan berubah dari manusia fisik menjadi narasi dan gagasan. Kita hanya bisa bertemu dibuku-buku sejarah. Itu proses yang alamiah. Saatnya kita berpikir, mau apa kita dengan manusia Indonesia 2016 kedepan?

Harus ada rancangan software dan "operation system" yg relevan dengan perubahan zaman, tanpa melupakan keindonesiaan. Gagasan baru, narasi baru, dan manusia baru. Itulah pekerjaan "menjadi Indonesia" ke depan. Semoga Allah selalu memberi rahmat dan berkah-Nya kepada Indonesia, memberi keberanian berpikir dan bertindak kpd manusia Indonesia.

Kobarkan semangat Indonesia!!

Satu fase penting dalam demokrasi telah kita lewati

Pilkada DKI. Walau belum resmi, hasil quick count sejumlah lembaga survei menunjukkan Anies-Sandi unggul.

Alhamdulillah, kita bersyukur atas hasil tersebut. Tapi lebih penting lagi, kita belajar dari persitiwa pilkada ini. Politik adalah muara semua aspek kehidupan bersama. Kondisi psikologis, sosiologis, budaya, ekonomi mempengaruhi pilihan publik.

Yang paling penting, pilkada DKI menjaga harapan terhadap masa depan demokrasi di Indonesia. Demokrasi memastikan setiap suara dihitung. Di bilik suara, suara siapa pun sama nilainya.

Pilkada ini juga membuktikan demokrasi kita tidak bisa dibajak oleh kapital besar atau ketakutan. Usai sudah kompetisi, saatnya rekonsiliasi. Rakyat sudah bersuara, saatnya yang terpilih bekerja.

Semua untuk Indonesia yang lebih baik. Kobarkan semangat Indonesia!!

Anis Matta

Kamis, 15 Juni 2017

Jangan menyerah Ya yg gak lulus SBMPTN

Jangan menyerah Ya yg gak lulus SBMPTN Hari ini. Orang-orang yg di cerita ini dulu berjuang jungkir balik. Sekarang ada yg udah lulus S2 dan kerja di perusahaan-perusahaan ternama. Copas tulisan lawas 7 tahun lalu.

Buat Adik-adikku yang belum lulus SNMPTN Undangan Barusan

Well…cerita ini dimulai tahun 2009, semenjak lulusan SMA tahun 2009. Nur, Musta dan Sunar ke Bandung. Pesawat telah membawa anak ini ke bandung. Pesawatnya gratis untuk anak-anak yang lolos BIUS tahap pertama. Wajah polos-polos desa mereka memancarkan kebeningan hati dan semangat yang luar biasa. Mereka di sana sekitar 5 hari untuk mengikuti proses yang cukup menguras tenaga mulai dari pendaftaran sampai tes USM ITB pusat tahun 2009. Mereka berkumpul dengan 200 anak calon penerima beasiswa dari seluruh Indonesia untuk memperebutkan kursi di ITB.

Banyak kisah dari 200 anak-anak ini. Ada yang sakit perut, ada yang kecopetan, ada yang kemalingan, ada mendadak minta pulang setelah kaget melihat ribuan orang hiruk pikuk mengikuti proses pendaftaran. Ada yang dikit-dikit nangis. Ada juga yang takut terkena serangan jantung karena takut tegang selama mengikuti ujian. Ya, mereka anak-anak yang mungkin ke Bandung adalah bepergian terjauh dalam hidupnya. Mereka polos-polos. Setelah ujian USM pusat mereka pulang. Termasuk adik-adik kelas saya dari Ambulu, Jember.

20 an hari berikutnya, saatnya pengumuman hasil seleksi. Dan rupanya Nur, Sunar dan Musta belum lulus. Tak apa. Sedih? Ya pasti mereka sedih. Tapi masih ada kesempatan. Beberapa hari lagi SNMPTN 2009 akan dibuka, meraka pun daftar. Termasuk juga si Yaum dan Hida teman mereka. Tentu pinta mereka adalah Allah akan mengabulkan doa untuk diloloskan di tes SNMPTN 2009 ini.

Namun sayang rupanya dalam SNMPTN 2009 pun mereka masih belum beruntung untuk tembus ITB. Well, don’t be sad too long. Masih ada tahun depan. Mudah-mudahan Allah mengabulkan doa mu. Cepat-Cepat siapkan amunisi buat tahun depan.

Semangat!!!

Mereka adalah anak-anak yang sudah kuat mental. Dari kecil sudah terdidik oleh waktu untuk tegar. Ada yag sejak kecil sudah ditinggal pergi orang tuanya sehingga untuk hidup dan sekolah dia harus berjualan kue. Ada yang bapaknya tukang jaga masjid. Ada juga yang kecilnya sudah terbiasa makan nasi dan garam. Ada yang harus mengayuh sepeda 60 km agar dapat membaca buku-buku pelajaran SMA yang baru di sebuah toko ternama di Kota. Mungkin buat banyak orang, apa yang mereka cita-citakan itu muluk. Atau ada yang mencibir “emang kalo kuliah gak perlu duit?” Tapi Lihatlah anak-anak ini, mereka berani bercita-cita tinggi.

Kadang kita sangat gampang mencari sejuta alasan untuk justifikasi ketidakberdayaan seperti, aku takut kuliah tinggi, kan aku bukan anak orang kaya, kan dia ikut bimbel, kan sainganya banyak, kan ini kan itu., kan ini kan itu, bla..bla..bla.

Padahal sejuta alasan itu akan tertekuk dengan satu alasan yang agung, yaitu “kita punya Allah”. Dia maha kasih maha sayang. Dia penguasa semesta, Ia yang memelihara jari-jari kita agar lancar saat ujian. Ia yang menguatkan kaki-kaki kita agar tetap bisa berjalan untuk berangkat mencari ilmu. Ia yang akan mempertemukan kita dengan orang-orang yang mungkin akan menolong kita. Ia yang mampu mendatangkan rezeki dari arah yang kadang tidak pernah kita sangka. Dia akan merubah nasib hambaNya yang mau berusaha.

April 2010 pendaftaran USM daerah ITB di buka. Di jawa timur tesnya dilaksanakan di Surabaya. Tentu mereka daftar, kali ini mereka harus mengeluarkan biaya sendiri untuk ikut. Berangkat ke Surabaya dengan semangat penuh optimis, Nur, Yaum, Sunar, Hida, Nugro dan beberapa anak yang lain. Untuk mengkuti test ke TIGA mereka ke ITB, setelah test pertama dan kedua mereka masih belum lulus. Semoga engkau lulus tes kali ini nak.

Detik-detik menjelang pengumuman hasil USM daerah, aku minta nomer ujian mereka agar aku bisa mengeceknya. Kutunggu sampai malam. Namun tak ada yang memberi kabar. Beberapa waktu kemudian aku mendapat sms”

“ Mas..ini saya Bapaknya Nur..hp nya tidak dibawa..dia masih belum berani melihat pengumun..saat ini dia masih membantu menjaga anak pak gurunya yg sedang sakit di rumah sakit..”

Telah dua kali anak-anak ini melihat hasil pengumuman dan telah dua kali pula membaca “..maaf tidak diterima..”. Maaf kurang lebih seperti itu kalimatnya, aku lupa. Yang jelas seperti pengalamanku, kalimat itu mampu membuat wajah jadi tertunduk lesu dan hilang kata. Lalu air mata mengalir seolah mengerti kata hati.

Ah ini kan manusiawi.

Sehari berlalu, akupun mendapat kabar bahwa dalam test ke TIGA ini anak-anak ternayata mesih belum lulus juga.

Kubiarkan mereka tak ku tanya dulu dalam seminggu, agar sedih mereka pergi bersama hari.

Mereka gigih dalam memperjuangkan cita-cita. Itu yang ku tahu. Mimpi mereka sepertinya terlalu tangguh hingga tak rapuh ketika tubi-tubi hantaman berita ketidak lulusan menyerangnya.

Dan benar, setelah itu Nur, Yaum, Sunar, Hida, Nugro siap-seiap untuk berangkat ke Bandung mengikuti test USM pusat. Tak tanggung-tanggung mereka berangkat ber duabelas berangkat ke dari sebuah desa dari provinsi paling timur di pulau jawa menuju kota parahiyangan. Tentu ada yang takut, karena baru keluar desa sekali kok langsung dari ujung ke ujung pulau. Melihat semangat yang luar biasa ini teman-teamn Alumni ada yg memberi mensoponsor, ada yang membantu membelikan tiket dan membantu membelikan formulir.

Mei 2010 para rombongan dari timur berangkat dengan kereta ekonomi Sritanjung Jember- lempuyangan ,Jogja, lanjut naik kereta Kahuripan menuju Kiara Condong Bandung. Moyus yang sudah ketrima di ITB seblumnya menjadikan kamarnya sebagai markas anak-anak ini. Kosan di Cisitu 19A/160C itu mendadak ramai sekali. Terlebih kamar nomor 8 yg berisi padat 7 orang anak.

Ah..mereka sangat ceria sepertinya. Melihat gasibu. Melihat monument nasional. Makan soto bareng. Keliling kampus bareng. Ke salman bareng . Dll. Keceriaan ini mereka perlukan agar ketika ujian yang akan dilaksanakan beberapa hari kemudian dapat dilalui tanpa tegang. Mumpung di Bandung

USM pusat adalah ujian saringan masuk Mandiri ITB, yang dilaksanakan di bandung. Anak-anak pun, Alhamdulillah mengikuti dengan lancar. Ujian masuk ke EMPAT mereka sejak USM dan SNMPTN dua tahun lalu. Tinggal Nur dan Yaum yg tinggal di bandung, yang lain pulang ke Jember.

Pengen tahu hasil ujianya kan? Hehehe

Aku lupa harinya, yang jelas hari itu adalah selepas duhur. Pengumuman hasil USM telah ada di website. Dan anak-anak itu sepertinya tak berani melihatnya, paling tidak itu yang aku baca dari wajahnya. Kecemasan itu sepertinya telah menjadi pengendali sayu, parau dan getar mereka. Juga bayang-bayang TIGA kali ikut test dan tiga kali juga meraka harus menguatkan hatinya sendiri. Semoga kali ini tak terulang lagi.

Yaum dan Nur, memberikan nomer mereka kepadaku. Dua anak itu aku ajak melihat hasilnya bersama.

Pertama aku ketik nomor punya Yaum dan ‘Enter”

“…tidak diterima di…”

Jangan coba suruh aku untuk melihat waja Yaum, aku tak berani.

Disebelahku Nur, menunggu giliran untuk diketik nomernya. Belum sempat ku ketik, Nurfa tiba-tiba berjalan keluar. Mungkin ia sedang mencoba menguatkan hati untuk menerima apapun yg akan terjadi, lulus ataupun tidak.

Dan ‘Enter”“..selamat …Diterima di …” Nurfa pun berjalan mendekati layar monitor. Lalu air mata itu turun dengan derasnya. Suaranya terisak-isak.

Bagaiman dg yang lain? Sunar masih belum lulus, Nugro juga, Hida juga.

Ups tapi yg aku membuat salut adalah, ternyata mereka tidak larut dalam sedih berkepanjangan. Semangat itu tak pernah padam. Rupanya sebelum mereka ikut USM, mereka sudah mendaftar SNMPTN, kartu-kartu ujian itupun mereka bawa juga ke Bandung. Mereka sudah menyiapkan diri jikalau mereka gagal dan gagal lagi. Semua kesempatan mereka coba.

Ya, buat Yaum, Sunar, Hida dan Nugro dan juga Rahmat, masih ada kesempatan ikut SNMPTN lagi. UJian ke LIMA mereka masuk PTN. Yaum ikut SNMPTN di bandung. Yang lain pulang ke Jember ikut SNMPTN di sana.

1.5 bulan kemudian ku dapat kabar kalau mereka telah diterima di universitas-universitas besar di Indonesia. Sunar ke Unair, Nugro ke UGM, Hida masuk UNEJ, Rahmat masuk UI. Dan yang paling akhir dari yang lain adalah si Yaum, 1 tahun kemudian (setelah ujian ke ENAM) kegigihanya mengantarkan dia ke ITB.

Dan mereka kuliah dengan gratis. Beasiwa-beaiswa telah menanti anak-anak ini dikampusnya masing-masing. Masyaallah

Tetap Semangat

Dkc

Attention!
Dewan Kerja Cabang Kabupaten Bogor akan menyelenggarakan Aksi Bulan Suci Ramadhan 1438 Hijriah Bersama Rumah Singgah Tabayun, pada :
📆 Jumat, 16 Juni 2017
⏰ Pukul 13.00 Wib s.d selesai
🏡 Buper Cimandala
👔Pakaian Muslim + Setangan Leher Merah Putih
🎁 Membawa Camp fee + Paket Donasi .
.
🕌 Rangkaian Kegiatan 🕌
🏹 Aksi Memanah
🎀 Aksi Rias Parsel
🎨 Aksi Melukis
🎭 Aksi Dongeng Islami
🎸 Aksi Musik Akustik
🛍 Aksi Santunan

Yakin nih masih gamau ikutan 🙄🙈
Kuy, merapat ahh 🤗

Sampai jumpa pada kegiatan yaa 😉
#gerakanpramuka #dkckabbogor #kwarcabkabbogor #aksibulansuci #1438hijriah #pramukaupdate #ScoutForUs #saptabakti #dewankerja #tetapmemandu

Hutang Kita Terlalu Banyak pada anak-anak kita..


Tiadalah jarang kita memarahi mereka disaat kita lelah..
Kita membentak mereka padahal mereka belum benar-benar faham kesalahan yang mereka lakukan.
Kita membuat mereka menangis kerana kita ingin lebih difahami dan didengarkan.

Tetapi,
Seburuk apapun kita memperlakukan mereka, Segalak apapun kita terhadap mereka,
Semarah apapun kita pernah membentak mereka...

Mereka akan tetap mendatangi kita dengan senyum kecilnya.
Menghibur kita dengan tawa kecilnya,
Menggenggam tangan kita dengan tangan kecilnya,
Seolah semuanya baik-baik saja,
Seolah tak pernah terjadi apa-apa sebelumnya.

Mereka selalu banyak bercerita untuk kita,
meskipun seringkali kita bersikap tidak acuh terhadap mereka dengan kasih sayang..

Kita sentiasa mengatakan bahawa diri kita bekerja keras demi kebahagiaan mereka semua..
tetapi kenyataannya merekalah yang sentiasa membahagiakan kita diketika penat lelah selesai bertugas..

Kita merasakan bahwa kita bangga dengan menghiburkan kesedihan mereka atau menghapuskan linangan air mata dari pipi-pipi comel mereka..
Sebenarnya,
Diri kitalah yang selalu mereka bahagiakan...
Mereka juga menghilangkan kepenatan kita, menghapuskan air mata kesedihan kita..

Percayalah..

Kita terhutang banyak pada anak-anak kita.
Dalam 24 jam, berapa lama kita meluangkan waktu untuk berbicara, mendengarkan, memeluk, mendakap dan bermain bersama-sama dengan mereka?

Dari waktu hidup lahir kedunia mereka sentiasa ceria, tersenyum manis dan menghormati diri kita..

Tentang anak-anak,
Sesungguhnya merekalah yang selalu "lebih dewasa" dan "bijaksana" daripada kita.
Merekalah yang selalu mengajari dan membimbing kita menjadi manusia yang lebih baik setiap harinya.

Seburuk apapun kita sebagai orangtua, mereka selalu bersiap sedia untuk menjadi anak-anak terbaik yang pernah kita punya.

Terdengar isu dimedia masakini..
Anak-anak yang setiap hari menjadi mangsa dari buruknya cara kita mengawal emosi diri..

Namun,
Si kecil ini tetap tersenyum, mereka tetap memberi kita ertinya kasih sayang, mereka selalu mencuba membuat kita agar bahagia...

Maka dakaplah anak-anak kita, tataplah mata mereka dengan penuh kasih sayang serta penyesalan, katakan kepada mereka:

"Terima kasih wahai Permata Hati.."

Salam ceria dari saya..

Sahrol Lagiman

#Assalamualaikum..

#SelamatSejahtera..

CARA MEMBENTUK DAN MENDIDIK KARAKTER ANAK MENURUT SAYYIDINA ALI

Sayyidina Ali bin Abi Thalib pq Merumuskan cara memperlakukan anak:

1. Kelompok 7 tahun pertama (usia 0-7 tahun), perlakukan anak sebagai raja.

2. Kelompok 7 tahun kedua (usia 8-14 tahun), perlakukan anak sebagai tawanan.

3. Kelompok 7 tahun ketiga (usia 15-21 tahun), perlakukan anak sebagai sahabat.

►ANAK SEBAGAI RAJA (Usia 0-7 tahun)

Melayani anak dibawah usia 7 tahun dengan sepenuh hati dan tulus adalah hal terbaik yang dapat kita lakukan. Banyak hal kecil yang setiap hari kita lakukan ternyata akan berdampak sangat baik bagi perkembangan prilakunya, misalnya:
Bila kita langsung menjawab dan menghampirinya saat ia memanggil kita- bahkan ketka kita sedang sibuk dengan pekerjaan kita – maka ia akan langsung menjawab dan menghampiri kita ketika kita memanggilnya.

Saat kita tanpa bosan mengusap punggungnya hingga ia tidur, maka kelak kita akan terharu ketika ia memijat atau membelai pngung kita saat kita kelelahan atau sakit.

Saat kita berusaha keras menahan emosi di saat ia melakukan kesalahan sebesar apapun, lihatlah dikemudian hari ia akan mampu menahan emosinya ketika adik/ temannya melakukan kesalahan padanya.

Maka ketika kita selalu berusaha sekuat tenaga untuk melayani dan menyenangkan hati anak yang belum berusia tujuh tahun, insya Allah ia akan tumbuh menjadi pribadi yang menyenangkan, perhatian dan bertanggung jawab. Karena jika kita mencintai dan memperlakukannya sebagai raja, maka ia juga akan mencintai dan memperlakukan kita sebagai raja dan ratunya.

►ANAK SEBAGAI TAWANAN (usia 8-14 tahun)

Kedudukan seorang tawanan perang dalam islam sangatlah terhormat, Ia mendapatkan haknya secara proporsional, namun juga dikenakan berbagai larangan dan kewajiban. Usia 7-14 tahun adalah usia yang tepat bagi seorang anak bagi seorang anak untuk diberika hak dan kewajiban tertentu.

Rasulullah SAW mulai memerintahkan seoang anak untuk sholat wajib pada usia 7 tahun, dan memperbolehkan kita memukul anak tersebut (atau mengukum dengan hukuman seperlunya) ketika iIa telah berusia 10 tahun namun meninggalkan sholat. Karena itu usia 7-14 tahun adalah saat yang tepat dan pas bagi anak-anak kita untuk diperkenalkan dan diajarkan tentang hal-hal yang terkait dengan hukum-hukum agama, baik yang diwajibkan maupun yang dilarang, seperti:

1. Melakukan sholat wajib 5 waktu
2. Memakai pakaian yang bersih, rapih dan menutup aurat
3. Menjaga pergaulan dengan lawan jenis
4. Membiasakan membaca Al-Qur’an
5. Membantu pekerjaan rumah tanngga yang mudah dikerjakan oleh anak susianya
6. Menerapkan kedisiplinan dalam kegiatan sehari-hari Reward dan punishment (hadiah/penghargaan/ pujian dan hukuman/teguran) akan sangat pas diberlakukan pada usia 7 tahun kedua ini, karena anak sudah bisa memahami arti dari tanggung jawab dan konsekuaensi.

Namun demikian, perlakuan pada setiap anak tidak harus sama kerena every child is unique (setiap anak itu unik)

►ANAK SEBAGAI SAHABAT (usia 15-21 tahun)

Usia 15 tahun adalah usia umum saat anak menginjak akil baligh. Sebagai orang tua kita sebaiknya memposisikan diri sebagai sahabat dan memberi contoh atau teladan yang baik seperti yang diajarkan oleh Ali bin Abi Thalib karomallahu wajhah.
Berbicara dari hati ke hati Inilah saat yang tepat untuk berbicara dari hati ke hati dengannya, menelaskan bahwa ia sudah remaja dan beranjak dewasa.

Perlu dikomunikasikan bahwa selain mengalami perubahan fisik, Ia juga akan mengalami perubahan secara mental, spiritual, sosial, budaya dan lingkungan, sehingga sangat mungkin akan ada masalah yang harus dihadapinya. Paling penting bagi kita para orang tua adalah kita harus dapat membangun kesadaran pada anak-anak kita bahwa pada usia setelah akil baliqh ini, ia sudah memiliki buku amalannya sendiri yang kelak akanditayangkan da diminta pertanggung jawabannya oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala.

Memberi Ruang Lebih Setelah measuki usia akil Baligh, anak perlu memiliki ruang agar tidakmerasa terkekang, namun tetap dalam pengawasan kita.

Controlling tetap harus dilakukan tanpa bersikap otoriter dan tentu saja diiringi dengan berdo’a untuk kebaikan dan keselamatannya. Dengan demikian anak akan merasa penting, dihormati, dicintai, dihargai dan disayangi. Selanjutnya, Ia akan merasa percaya diri dan mempunyai kepribadian yang kuat untuk selalu cenderung pada kebaikan dan menjauhi perilaku buruk.
Mempercayakan tanggung jawab yang lebih berat. Waktu usia 15- 21 tahun ini penting bagi kita untuk memberinya tanggung jawab yang lebih beratdan lebih besar, dengan begini kelak anak- anak kita dapat menjadi pribadi yang cekatan, mandiri, bertanggung jawab dan dapat diandalkan.

Contoh pemberian tanggung jawab pada usia ini adalah seperti memintanya membimbing adik- adiknya, mengerjakan beberapa pekejaan yang biasa dikerjakan oleh orang dewasa, atau mengatur jadwal kegiatan dan mengelola keuangannya sendiri.
Semoga Allah memberikan kita anak-anak yang shaleh dan berbakti.

“Ya Rabbku, berilah aku dari sisi Engkau seorang anak yang baik. Sesungguhnya Engkau Maha pendengar doa.” (QS. Ali Imran: 38).

Para Penjaga Lembaran Suci

*) Ibnul Qayim
Dosen IPB. Pengalaman seleksi calon mahasiawa IPB lewat Jalur PIN

Hari ini saya melihat daftar dan berkas 61 orang calon mahasiswa IPB yang hafal Al Qur'an, dari Aceh hingga Indonesia Timur.  Satu per satu saya lihat dokumen dan juga fotonya, mereka anak anak muda penjaga Al Qur'an yang akan membetulkan jika Imam salah baca dalam shalat, yang akan mencatat jika Al Qur'an salah cetak.  Tak terasa air mata saya mengalir,  mereka hafal 30 juz, saya tak fasih dan tak hafal juz 30.

Tiap mereka melampirkan sertifikat Hifdzul Qur'an, ada yang dikeluarkan pondok, ada dari Imam di Sudan dan Oman, ada juga dari salah satu Bupati dengan keterangan, telah diuji di Kementrian Agama setempat.  Awalnya saya ingin menguji hafalan mereka sambil teleconference, saya memegang mushaf, mereka memejamkan mata, namun nyali saya ciut berhadapan dengan wajah polos lulusan SMA atau Madrasah tersebut.  Jangan-jangan saya yang layak diuji mereka. 

Saya lihat raport mereka tak hanya nilai Matematika, Kimia, Fisika dan Biologi, (Mafikib), yang nilainya bagus bagus, juga beberapa melampirkan sertifikat juara olimpiade sains, dan yang lebih berat, bagus pula nilai pelajaran : Nahwu, Sharaf, Balaghah, Tafsir, Ushul Fiqh, Mustala Hadits, Muthala"ah, Muhadasah dan Mantiq.  Beberapa raport ditulis dengan "arab gundul".  Kalau saya paksakan "ngetes" mereka,  mungkin ibarat "pelepah memberi nasihat ke mayang, agar berpegangan supaya tak jatuh", atau laksana "punya kail panjang sejengkal, dalam laut hendak diduga".  Memalukan, dan tak tahu diri.

Akhirnya kami kembangkan cara lain untuk mengukur, ditambah dengan mempertimbangkan portofolio sekolah, ambang batas nilai raport, minat prodi dan daya tampung prodi, seperti pengalaman IPB lebih dari  30 tahun memilih calon mahaaiswa, maka:  .... setelah hampir 5 jam dengan berkeringat dan selalu istighfar terpilih juga calon mahasiswa IPB tahun 2017/2018, lewat jalur ini. 

Selamat anak anaku yang terpilih, kami bangga kalian menjadi warga kami di kampus, bantu kami untuk belajar juga Al Qur'an dan penerapannya.  Bagi kalian yang tak terpilih jadi mahasiswa IPB, selamat juga berkiprah di kampus lain atau kehidupan masyarakat yang lebih luas. Maafkan kami dan khususon, maafkan kedangkalan ilmu saya,  jika keputusan ini salah dan tak adil, karena  keadilan sejati hanya milikNya. 

Ijin untuk tahun depan Pak Rektor, jangan tunjuk saya lagi sebagai penyeleksi, berat, tak mampu si Fakir dan Pandir ini memikulnya. Tabik Pak.

Bogor, 14 Juni 2017 M
19 Ramadhan 1438 H

** Tanpa penghafal al quran aja IPB udah jadi pesantren sejak dulu.... Lha apa jadinya kalo tiba2 puluhan penghafal alquran masuk sekaligus di byk fakultas.... apalagi kalo bbrp dari mereka nanti jadi dosen dg disiplin ilmu yg bermacam2.... ngeerriiii.....

Senin, 12 Juni 2017

APA KABAR LAKARDOWO......

Bagaimana cemaran air sumurmu?
Berapa kadar TDS Kesadahan dan Sulfat
Berapa kadar Timbal Litium dan Arsenik
Berapa kadar POPs dan VOCs
Di dalam air sumurmu?
Sumber air minum dan air mandimu

Bagaimana cemaran udara di sekitarmu?
Apakah langitmu masih tampak keruh
Apakah bau busuk itu masih mengikutimu
Apakah asap hitam itu masih membubung
Memuntahkan debu racunnya
Berapa kadar PM10 PM2,5
Berapa kadar CO NOx SO2
Berapa kadar VOCs Dioksin Timbal
Di udara ambienmu

Dimanakah aparat negara pelayanmu?
Yang bertugas melindungimu
Untuk menjamin keselamatanmu
Agar terjaga kualitas air dan udaramu Agar terpelihara kesehatanmu
Agar terlindungi masa depan anakmu

Sudahkah mereka memantau keadaanmu
Sudahkah mereka mendengar keluhmu
Mencerahkan wawasanmu
Meredakan tangis bayimu
Memulihkan cemaran air dan udaramu?

Berapa ratus bayi merintih kesakitan?
Tersiksa perih gatal di tubuh mungilnya
Kulit memerah melepuh mengelupas
Tidur tak pulas terbangun terhenyak
Rasa disengat ratusan semut rang rang

Masihkan mereka ceria berceloteh riang
Ataukah Menangis meratap
Ingin terbebas dari Dermatitis
Yang menyandera sekujur badannya

Masihkah mereka bebas berlari lompat
Di halaman dan lapangan desa
Tanpa takut mengirup udara beracun
Bebas main tanah tak tercampur limbah
Bebas bermain semprotan air
Tanpa takut kulitnya gatal dan radang

Meski negara belum hadir membelamu
Yakinlah Allah bersama orang yang tekun
Tetaplah tegar berjuang bermunajat
Teruslah berharap dan panjatkan doa
Hadirnya pemimpin dan aparat negara
Yang adil dan amanat lindungi rakyat
Bebaskan Lakardowo dari Racun B3
Aamiin Ya Rahman Ya Rahiim

#SaveLakardowo
#BongkarUruganLimbahB3PTPRIA
#KLHKTegakkanUUPPLH

Jumat, 09 Juni 2017

Mentari

Mentari menyala disini
Di sini di dalam hatiku
Gemuruhnya hingga di sini
Di sini di urat syarafku

Meskipun tembok yang tinggi mengurungku
Berlapis pagar duri di sekitarku
Tak satupun yang sanggup menghalangiku
Menyala di dalam hatiku

Hari ini hari milikku
Juga esok masih terbentang
Dan mentari kan tetap menyala
Di sini di dalam hatiku