Kamis, 15 Juni 2017

Jangan menyerah Ya yg gak lulus SBMPTN

Jangan menyerah Ya yg gak lulus SBMPTN Hari ini. Orang-orang yg di cerita ini dulu berjuang jungkir balik. Sekarang ada yg udah lulus S2 dan kerja di perusahaan-perusahaan ternama. Copas tulisan lawas 7 tahun lalu.

Buat Adik-adikku yang belum lulus SNMPTN Undangan Barusan

Well…cerita ini dimulai tahun 2009, semenjak lulusan SMA tahun 2009. Nur, Musta dan Sunar ke Bandung. Pesawat telah membawa anak ini ke bandung. Pesawatnya gratis untuk anak-anak yang lolos BIUS tahap pertama. Wajah polos-polos desa mereka memancarkan kebeningan hati dan semangat yang luar biasa. Mereka di sana sekitar 5 hari untuk mengikuti proses yang cukup menguras tenaga mulai dari pendaftaran sampai tes USM ITB pusat tahun 2009. Mereka berkumpul dengan 200 anak calon penerima beasiswa dari seluruh Indonesia untuk memperebutkan kursi di ITB.

Banyak kisah dari 200 anak-anak ini. Ada yang sakit perut, ada yang kecopetan, ada yang kemalingan, ada mendadak minta pulang setelah kaget melihat ribuan orang hiruk pikuk mengikuti proses pendaftaran. Ada yang dikit-dikit nangis. Ada juga yang takut terkena serangan jantung karena takut tegang selama mengikuti ujian. Ya, mereka anak-anak yang mungkin ke Bandung adalah bepergian terjauh dalam hidupnya. Mereka polos-polos. Setelah ujian USM pusat mereka pulang. Termasuk adik-adik kelas saya dari Ambulu, Jember.

20 an hari berikutnya, saatnya pengumuman hasil seleksi. Dan rupanya Nur, Sunar dan Musta belum lulus. Tak apa. Sedih? Ya pasti mereka sedih. Tapi masih ada kesempatan. Beberapa hari lagi SNMPTN 2009 akan dibuka, meraka pun daftar. Termasuk juga si Yaum dan Hida teman mereka. Tentu pinta mereka adalah Allah akan mengabulkan doa untuk diloloskan di tes SNMPTN 2009 ini.

Namun sayang rupanya dalam SNMPTN 2009 pun mereka masih belum beruntung untuk tembus ITB. Well, don’t be sad too long. Masih ada tahun depan. Mudah-mudahan Allah mengabulkan doa mu. Cepat-Cepat siapkan amunisi buat tahun depan.

Semangat!!!

Mereka adalah anak-anak yang sudah kuat mental. Dari kecil sudah terdidik oleh waktu untuk tegar. Ada yag sejak kecil sudah ditinggal pergi orang tuanya sehingga untuk hidup dan sekolah dia harus berjualan kue. Ada yang bapaknya tukang jaga masjid. Ada juga yang kecilnya sudah terbiasa makan nasi dan garam. Ada yang harus mengayuh sepeda 60 km agar dapat membaca buku-buku pelajaran SMA yang baru di sebuah toko ternama di Kota. Mungkin buat banyak orang, apa yang mereka cita-citakan itu muluk. Atau ada yang mencibir “emang kalo kuliah gak perlu duit?” Tapi Lihatlah anak-anak ini, mereka berani bercita-cita tinggi.

Kadang kita sangat gampang mencari sejuta alasan untuk justifikasi ketidakberdayaan seperti, aku takut kuliah tinggi, kan aku bukan anak orang kaya, kan dia ikut bimbel, kan sainganya banyak, kan ini kan itu., kan ini kan itu, bla..bla..bla.

Padahal sejuta alasan itu akan tertekuk dengan satu alasan yang agung, yaitu “kita punya Allah”. Dia maha kasih maha sayang. Dia penguasa semesta, Ia yang memelihara jari-jari kita agar lancar saat ujian. Ia yang menguatkan kaki-kaki kita agar tetap bisa berjalan untuk berangkat mencari ilmu. Ia yang akan mempertemukan kita dengan orang-orang yang mungkin akan menolong kita. Ia yang mampu mendatangkan rezeki dari arah yang kadang tidak pernah kita sangka. Dia akan merubah nasib hambaNya yang mau berusaha.

April 2010 pendaftaran USM daerah ITB di buka. Di jawa timur tesnya dilaksanakan di Surabaya. Tentu mereka daftar, kali ini mereka harus mengeluarkan biaya sendiri untuk ikut. Berangkat ke Surabaya dengan semangat penuh optimis, Nur, Yaum, Sunar, Hida, Nugro dan beberapa anak yang lain. Untuk mengkuti test ke TIGA mereka ke ITB, setelah test pertama dan kedua mereka masih belum lulus. Semoga engkau lulus tes kali ini nak.

Detik-detik menjelang pengumuman hasil USM daerah, aku minta nomer ujian mereka agar aku bisa mengeceknya. Kutunggu sampai malam. Namun tak ada yang memberi kabar. Beberapa waktu kemudian aku mendapat sms”

“ Mas..ini saya Bapaknya Nur..hp nya tidak dibawa..dia masih belum berani melihat pengumun..saat ini dia masih membantu menjaga anak pak gurunya yg sedang sakit di rumah sakit..”

Telah dua kali anak-anak ini melihat hasil pengumuman dan telah dua kali pula membaca “..maaf tidak diterima..”. Maaf kurang lebih seperti itu kalimatnya, aku lupa. Yang jelas seperti pengalamanku, kalimat itu mampu membuat wajah jadi tertunduk lesu dan hilang kata. Lalu air mata mengalir seolah mengerti kata hati.

Ah ini kan manusiawi.

Sehari berlalu, akupun mendapat kabar bahwa dalam test ke TIGA ini anak-anak ternayata mesih belum lulus juga.

Kubiarkan mereka tak ku tanya dulu dalam seminggu, agar sedih mereka pergi bersama hari.

Mereka gigih dalam memperjuangkan cita-cita. Itu yang ku tahu. Mimpi mereka sepertinya terlalu tangguh hingga tak rapuh ketika tubi-tubi hantaman berita ketidak lulusan menyerangnya.

Dan benar, setelah itu Nur, Yaum, Sunar, Hida, Nugro siap-seiap untuk berangkat ke Bandung mengikuti test USM pusat. Tak tanggung-tanggung mereka berangkat ber duabelas berangkat ke dari sebuah desa dari provinsi paling timur di pulau jawa menuju kota parahiyangan. Tentu ada yang takut, karena baru keluar desa sekali kok langsung dari ujung ke ujung pulau. Melihat semangat yang luar biasa ini teman-teamn Alumni ada yg memberi mensoponsor, ada yang membantu membelikan tiket dan membantu membelikan formulir.

Mei 2010 para rombongan dari timur berangkat dengan kereta ekonomi Sritanjung Jember- lempuyangan ,Jogja, lanjut naik kereta Kahuripan menuju Kiara Condong Bandung. Moyus yang sudah ketrima di ITB seblumnya menjadikan kamarnya sebagai markas anak-anak ini. Kosan di Cisitu 19A/160C itu mendadak ramai sekali. Terlebih kamar nomor 8 yg berisi padat 7 orang anak.

Ah..mereka sangat ceria sepertinya. Melihat gasibu. Melihat monument nasional. Makan soto bareng. Keliling kampus bareng. Ke salman bareng . Dll. Keceriaan ini mereka perlukan agar ketika ujian yang akan dilaksanakan beberapa hari kemudian dapat dilalui tanpa tegang. Mumpung di Bandung

USM pusat adalah ujian saringan masuk Mandiri ITB, yang dilaksanakan di bandung. Anak-anak pun, Alhamdulillah mengikuti dengan lancar. Ujian masuk ke EMPAT mereka sejak USM dan SNMPTN dua tahun lalu. Tinggal Nur dan Yaum yg tinggal di bandung, yang lain pulang ke Jember.

Pengen tahu hasil ujianya kan? Hehehe

Aku lupa harinya, yang jelas hari itu adalah selepas duhur. Pengumuman hasil USM telah ada di website. Dan anak-anak itu sepertinya tak berani melihatnya, paling tidak itu yang aku baca dari wajahnya. Kecemasan itu sepertinya telah menjadi pengendali sayu, parau dan getar mereka. Juga bayang-bayang TIGA kali ikut test dan tiga kali juga meraka harus menguatkan hatinya sendiri. Semoga kali ini tak terulang lagi.

Yaum dan Nur, memberikan nomer mereka kepadaku. Dua anak itu aku ajak melihat hasilnya bersama.

Pertama aku ketik nomor punya Yaum dan ‘Enter”

“…tidak diterima di…”

Jangan coba suruh aku untuk melihat waja Yaum, aku tak berani.

Disebelahku Nur, menunggu giliran untuk diketik nomernya. Belum sempat ku ketik, Nurfa tiba-tiba berjalan keluar. Mungkin ia sedang mencoba menguatkan hati untuk menerima apapun yg akan terjadi, lulus ataupun tidak.

Dan ‘Enter”“..selamat …Diterima di …” Nurfa pun berjalan mendekati layar monitor. Lalu air mata itu turun dengan derasnya. Suaranya terisak-isak.

Bagaiman dg yang lain? Sunar masih belum lulus, Nugro juga, Hida juga.

Ups tapi yg aku membuat salut adalah, ternyata mereka tidak larut dalam sedih berkepanjangan. Semangat itu tak pernah padam. Rupanya sebelum mereka ikut USM, mereka sudah mendaftar SNMPTN, kartu-kartu ujian itupun mereka bawa juga ke Bandung. Mereka sudah menyiapkan diri jikalau mereka gagal dan gagal lagi. Semua kesempatan mereka coba.

Ya, buat Yaum, Sunar, Hida dan Nugro dan juga Rahmat, masih ada kesempatan ikut SNMPTN lagi. UJian ke LIMA mereka masuk PTN. Yaum ikut SNMPTN di bandung. Yang lain pulang ke Jember ikut SNMPTN di sana.

1.5 bulan kemudian ku dapat kabar kalau mereka telah diterima di universitas-universitas besar di Indonesia. Sunar ke Unair, Nugro ke UGM, Hida masuk UNEJ, Rahmat masuk UI. Dan yang paling akhir dari yang lain adalah si Yaum, 1 tahun kemudian (setelah ujian ke ENAM) kegigihanya mengantarkan dia ke ITB.

Dan mereka kuliah dengan gratis. Beasiwa-beaiswa telah menanti anak-anak ini dikampusnya masing-masing. Masyaallah

Tetap Semangat

Tidak ada komentar:

Posting Komentar