Rabu, 26 Juli 2017

Pemimpin

Pemimpin Yang Lahir Secara Alamiah Berdasarkan *Value System* Yang Terbentuk Dalam Sebuah Proses Dialektika (Revolusi), Akan Melahirkan Sosok Pemimpin Yang Disebut *Respected Leader*.

Pemimpin Yang Muncul Dan Diobitkan Berdasarkan *Price System* Yang Dibentuk Melalui Sebuah Proses *Artificial* Dengan Menggunakan Event Organizer, Lembaga Survey, Televisi Dan Media, Akan Melahirkan Sosok Pemimpin Yang Disebut Sebagai *Popular Leader*.

Respected Leader Berjuang Untuk Mencapai _Visi & Misi_. Popular Leader Berjuang Untuk Mencapai _Posisi & Ambisi._

Respected Leader _Mengendalikan Situasi,_ Popular Leader _Dikendalikan Oleh Situasi._

Respected Leader _Berpikir & Bertindak Untuk Orang Lain_. Popular Leader _Berpikir & Bertindak Untuk Dirinya Sendiri._

Respected Leader _Berkorban Untuk Orang Lain_. Popular Leader, _Membuat Orang Lain Yang Menjadi Korban_.

Respected Leader _Memotivasi Rakyatnya_, Popular Leader _Menipu Rakyatnya._

Respected Leader _Diakui_, Popular Leader _Dipuji_,

Respected Leader Sebagai *Tuntunan & Panutan*. Popular Leader Sebagai *Tontonan & Hiburan.*

Sejak Reformasi, Lahirnya Seorang Pemimpin Ditentukan Berdasarkan *Price System* Dengan Proses Artificial Melalui Team Sukses, Consultant, Event Organizer. Sehingga Pemimpin Yang Terbentuk Adalah *Popular Leader*.

Peran Negara Dalam Membentuk Karakter Pemimpin Digantikan Oleh Peran Pengusaha. Akhirnya Pengusaha Yang Mengatur Penguasa. Akibatnya _Pejabat Menjadi Penjahat Dan Penjahat Menjadi Pejabat._

Pemimpin Itu Berpikir & Bertindak Untuk Orang Lain Tapi Memutuskan Atas Nama Dirinya. Pemimpin Itu _Fungsi_ Bukan _Posisi_, Pemimpin Itu Hanya Satu Dan Pemimpin Itu Seorang Diri.

Pemimpin Itu Adalah Diktator & Otoriter Karena Keputusannya Hanya Satu Dan Hanya Dia Yang Bisa Mengambil Keputusan. *Rakyat Tidak Perduli Apakah Pemimpin Itu Diktator Atau Otoriter, Bagi Rakyat Yang Penting Bahwa Setiap Keputusan Pemimpin Itu Berpihak Pada Rakyat Dan Orang Banyak.*

Sejak Reformasi, Rakyat Selalu Tertipu Dan Salah Dalam Memilih Pemimpin. Tapi Jangan Disalahkan Karena Rakyat Hanya Bisa Menilai Prilaku Pemimpin Dari Televisi, Media Cetak Dan Media Elekronik, Bukan Dari Prilaku Yang Sesungguhnya. Oleh Sebab Itu Diperlukan MPR (Majelis Permusyawaratan Rakyat) Sebagai Representasi Rakyat Dalam Memilih Pemimpin. Tetapi Peran MPR Saat Ini Telah Hilang Dan Diganti Dengan 7 Komisioner KPU Yang Dipilih Melalui Voting Di DPR.

Soekarno, Hatta, Soeharto, Soedirman & Sri Sultan HB.IX Adalah Respected Leader Yang Lahir Secara Alamiah Dan Terbentuk Dalam Situasi Revolusioner.

Soekarno & Soeharto Adalah Pemimpin Yang Awal Kepemimpinannya *Dipertanyakan* Kemudian *Dipuji* Akhirnya *Ditentang* Dan Ketika Tidak Berkuasa Lagi, Kepemimpinanya *Diakui* Dan Setelah Mati Sosoknya *Dirindukan*

Popular leader Yang Awal Kepemimpinanya *Di Puja-Puji* Kemudian *Di Ragukan* Kemampuannya, Selanjutnya *Di Tentang*, Karena Masih Juga Tetap Bertahan, Akhirnya Pribadinya *Di Lecehkan, Di Cemooh* Dan Ketika Tidak Berkuasa Lagi, Kepemimpinannya Akan *Di Lupakan Dan Dikubur Dalam-dalam* Sebagai Catatan Sejarah Kelam.

Reformasi Melahirkan Demokrasi Yang Membuat Indonesia Menjadi Bukan *Negara Demokrasi* Tapi Menjadi *Negara Bebas* Karena Atas Nama Demokrasi, Konstitusi Dan Hak Asasi Manusia, Siapapun Termasuk Preman, Pedagang Dan Penjahat Bisa Menjadi Presiden, Gubernur, Bupati, Walikota, Dan Pemimpin Lainnya.

Di Era Orde Lama & Orde Baru, Jika Seseorang Yang Ingin Menjadi Pemimpin, Maka Akan Timbul Beberapa Pertanyaan Yang Bersifat *Value System*:
_Who Are You,!?_
_What Are You,!?_
_Where Are You.!?_. etc..

Di Era Reformasi Jika Seseorang Ingin Menjadi Pemimpin Maka Pertanyaan Yang Timbul Hanya Satu Dan Bersifat *Price System* Yaitu: _*"How Much Do You Have a Money"*_

Perobahan Yang Mendasar Dari Peralihan Orde Lama & Orde Baru Ke Reformasi Adalah Bergesernya System Bernegara Dan Berbangsa, Dari *Value System* Ke *Price System*. Dari *Nilai* Menjadi *Nominal*, Dari Pemimpin Yang *Negarawan* Menjadi Pemimpin *Gerombolan*, Dari Pemimpin *Moral* Menjadi Pemimpin *Kriminal* Dan Dari Pemimpin *Spiritual*Menjadi Pemimpin *Ceremonial*

Rakyatnya Mencari *Kebenaran,* Pemimpinnya Menjawab dengan *Pembenaran.*

Rakyatnya *Mencari Keadilan* Pemimpinnya *Melakukan Kezholiman*

Rakyatnya Diminta Untuk *Membela Negara,* Pemimpinnya *Menjual Negara.*

Rakyatnya Dipaksa *Membayar Pajak.* Pemimpinnya Dengan Leluasa *Merampok Uang Negara.*

Rakyatnya Dipaksa Untuk *Mematuhi Hukum*, Pemimpinnya Dengan Leluasa *Membolak-balikan Hukum.*

Rakyatnya Merindukan Suasana Kehidupan Yang Pancasilais, Pemimpinnya Membubarkan Organisasi Atasnama Pancasila.

Di Era Orde Lama & Orde Baru, Seorang Pemimpin Dinilai Dari *Bibit-Bobot-Bebet.* Di Era Reformasi Seorang Pemimpin Dinilai Dari *Bandar-Backing-Bonek*

Secara Konstitusi, Moral & Etika, Reformasi Telah Membuat Negara Indonesia Menjadi Negara *Tidak Bertuan Dan Tidak Bertuhan* Karena Semua Hal Dinilai Dengan Uang.

Saat Ini, Syarat Untuk Menjadi Pemimpin Yang Sukses Di Indonesia Adalah : 
_Pura-Pura Tidak Tau, Tidak Mau Tau, Tidak Tau Malu Dan Tidak Tau Diri. Berani Bohong Dan Berani Nyolong._

Jika Orde Lama & Orde Baru Mengakibatkan *Korban Jiwa*, Maka Reformasi Mengakibatkan *Korban Sakit Jiwa* Dengan Fenomena Yang Menghasilkan Sosok Pemimpin Dan Masyarakat Yang Gila Jabatan, Gila Pangkat & Attribute, Gila Survey, Gila Presiden, Gila Pencitraan Dan Gila-Gila Yang Lainnya.

*1965 Ibu Pertiwi Hamil Tua - 1998 Ibu Pertiwi Diperkosa - 2017 Ibu Pertiwi Gila*.
#Rsjuntak#

Sabtu, 08 Juli 2017

WASPADAI PENGHAMBAT PRODUKTIFITAS HIDUP

1.Tradisi kehidupan ibadah yang kurang berkualitas sehingga menurunkan mutu kepribadian kita..Sebagai dampaknya kemudian kita mengalami penurunan keyakinan dan optimisme diri, kegigihan dan daya tahan , keberanian dan ketangguhan , ketenamgan dan kejernihan berpikir serta bertindak.

2.Komitmen yang lemah pada peningkatan etoskerja diri yang bisa dicapai  terutama melalui perbaikan kebiasaan berolahraga secara teratur.

3.Kehilangan budaya belajar yang lebih kontemplatif karena terjebak oleh tarikan kebiasaan berlama lama ngobrol di media sosial tentang hal hal yang tidak bersifat memajukan diri ,serta hal hal lain yang tidak bermanfaat

4.Tidak optimal memanfaatkan setiap interaksi dengan orang lain sebagai sarana penambah jaringan kerja produktif yang terpercaya.

5.Rasa puas diri yang membutakan kita terhadap realitas kehidupan yang sudah jauh berubah dan tidak bisa kita hadapi dengan kualitas kompetensi diri yang lama.