Kamis, 29 Maret 2018

Inovasi atau Berhenti


Jangan-jangan peserta didik ikut berlatih kepramukaan karena terpaksa akibat ketakutan pada aturan sekolah atau gudep. Jangan-jangan mereka tidak menyukai pembinanya. Mereka menggunakan kepura-puraan untuk menyamankan situasi. Bisa jadi, merreka menganggap pembinanya statis, menjenuhkan, menakutkan, kuno, dan membuat situasi hambar. Jangan-jangan memang seperti itu. Kadang pembina tidak sadar akan kondisi seperti itu.

Marilah kita tengok bidang lain. Kodak tidak sadar jika orang sudah tidak perlu cetak foto lagi. Akhirnya Kodak terjungkal. Nokia tidak peduli dengan Google (pada waktu masih embrio) karena merasa sudah besar. Akibatnya Nokia berada pada penyesalan. Banyak lagi yang lain.

Banyak pula pembina yang ditinggalkan peserta didiknya akibat berpikiran statis dan melihat kebesaran dirinya saat yang lalu.

Agar pembina tidak terjatuh tentu diperlukan keberanian melangkah ke hal yang kekinian. Syarat kekinian adalah inovasi membina. Inovasi membina ditandai oleh 5M. Menciptakan. Menggantikan. Menyederhanakan. Menggabungkan. Miningkatkan. Itulah resep buat pembina agar disukai peserta didiknya. Yang penting pembina tidak keluar dari prinsip dasar kepramukaan dan fundamental kepramukaan.

Banyak yang mengatakan bahwa berinovasi itu sangat susah. Padahal tidak susah berinovasi itu. Cukup keberanian mencoba. Sadar diri atas perubahan. Berkomunikasilah dengan sesama. Beranilah berbuat demi peserta didik. Selamat membina #pusdiklatnas

Tidak ada komentar:

Posting Komentar